MAN 1 Banjarmasin Laksanakan Program Jaksa Masuk Sekolah dengan Fokus pada Kenakalan Remaja dan Restorative Justice

Banjarmasin (MAN 1 Banjarmasin)  – Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Banjarmasin mengambil langkah signifikan dalam mengatasi masalah kenakalan remaja dan restorative justice dengan bekerja sama Kejaksaan Tinggi Kalimantan Selatan dalam program “Jaksa Masuk Sekolah”, Rabu (24/08/23).

MAN 1 Banjarmasin baru-baru ini mengadakan kegiatan “Jaksa Masuk Sekolah” yang berfokus pada tema “Kenakalan Remaja dan Restorative Justice”.

Acara ini, yang dihadiri seluruh warga MAN 1 Banjarmasin dan perwakilan dari Kejaksaan Tinggi Kalimantan Selatan yakni Kasi Penkum Bidang Intelijen Kejaksaan Tinggi KalSel : Yuni Priono, SH, MH. Dan Kasi Bidang Intelijen Kejaksaan Tinggi KalSel: Sarief Hidayat, SH, MH., selaku pemateri dalam program Jaksa Masuk Sekolah.

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang tantangan yang dihadapi oleh kenakalan remaja sambil menyoroti pentingnya pendekatan restorative justice dalam menangani kasus-kasus semacam ini.

Kegiatan yang dihelat pada Mushola Walyatalaththof MAN 1 Banjarmasin ini digelar secara bergantian yakni sosialisasi Kenakalan Remaja bagi siswa-siswi MAN 1 Banjarmasin kemudian dilanjutkan dengan sosialisasi Restorative Justice bagi dewan guru dan karyawan MAN 1 Banjarmasin.

Disambutannya, Kepala MAN 1 Banjarmasin Dra. Naimah, M.M menekankan pentingnya kolaborasi antara lembaga pendidikan dan otoritas hukum yakni Kejaksaan Tinggi Kalimantan Selatan dalam membina lingkungan yang aman dan bertanggung jawab bagi para individu muda.

Naimah menyampaikan rasa terima kasih atas kerja sama dengan program “Jaksa Masuk Sekolah”, yang menghadirkan keahlian hukum dari Kejaksaan Tinggi Kalimantan Selatan secara langsung ke lingkungan madrasah.

Sementara para pembicara terkemuka dari Kejaksaan Tinggi Kalimantan Selatan menyampaikan wawasan mengenai tren-tren meningkatnya kenakalan remaja di daerah ini dan membagikan kisah sukses intervensi restorative justice yang telah berdampak positif pada kehidupan pelaku maupun korban. Presentasi tersebut memberikan gambaran tentang bagaimana pendekatan hukuman tradisional secara perlahan digantikan oleh model yang lebih holistik dan rehabilitatif – yang berfokus pada memperbaiki kerusakan, menumbuhkan empati, dan mengintegrasikan remaja kembali ke dalam masyarakat.

Siswa-siswa secara aktif terlibat dalam diskusi, mengajukan pertanyaan, dan berbagi pandangan mereka tentang topik tersebut. Acara ini juga menampilkan workshop interaktif di mana siswa diajak untuk mengeksplorasi skenario kasus nyata dan mengusulkan solusi restorative, yang menyoroti kreativitas dan kemampuan berpikir kritis mereka.